Kamis, 03 Juni 2010
Penderita Migran Berisiko Terkena Struke
New York (ANTARA/Reuters) - Berdasarkan penelitian terbaru, penderita migren dua kali lebih rentan terkena stroke yang disebabkan oleh penggumpalan darah dibanding orang tanpa penyakit sakit kepala akut tersebut.
Analisa yang menggabungkan 21 hasil penelitian terdahulu, memastikan adanya hubungan antara migren dan "ischemic stroke" -- jenis stroke paling umum, terjadi pada saat gumpalan mengganggu aliran darah ke otak.
Dari seluruh penelitian, penderita migren dua kali lebih rentan terkena ischemic stroke dibanding orang yang tidak sakit migren, menurut penemuan yang diterbitkan oleh "American Journal of Medicine (http://www.amjmed.com/article/S0002-9343(10)00129-4/abstract)
Para ahli tidak yakin hubungan antar kedua penyakit, dan belum diketahui apakah migren tersebut menjadi penyebab utama stroke untuk beberapa penderita.
Namun, kecenderungan tersebut memiliki kesamaan proses mendasar yang mengkontribusi risiko migren maupun stroke, kata peneliti senior Dr. Saman Nazarian, yang juga asisten profesor Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins di Baltimore.
Ia mengatakan kepada Reuters bahwa saat ini hal mendasar bagi seorang penderita migren ialah mereka harus sangat waspada untuk mengendalikan segala faktor yang biresiko terkena stroke.
Beberapa faktor risiko tersebut termasuk tekanan darah tinggi, merokok dan diabetes.
"Hal pertama yang saya inginkan kepada semua orang untuk menghindarkan diri adalah hal tersebut. Bila mereka terkena migren, mereka harus memikirkan faktor risiko terkena stroke," kata Nazarian, dan menambahkan, "Mereka seharusnya tidak merokok dan mereka harus memperhatikan tekanan darah mereka dan lakukan perawatan bila memang tinggi."
Para ahli juga umumnya mengatakan orang-orang dengan migren harus ingat bahwa meski sakit kepala terkait dengan meningkatnya risiko stroke, resiko mutlak untuk terkena pada seseorang masih relatif rendah.
Sebagai contoh, dalam penelitian terkini yang melibatkan 6.100 penderita migren hanya dua persen dilaporkan memiliki riwayat stroke, dibanding 1,2 persen dari 5.243 orang yang tidak menderita migren.
Penemuan terbaru ini berdasarkan 21 penelitian internasional yang dilakukan antara 1975 dan 2007 dan melibatkan lebih dari 622.000 orang dengan dan tanpa penyakit migren.
Kebanyakan dari penelitian tersebut ditunjang oleh beberapa faktor yang membantu menjelaskan hubungan antara migren dan risiko stroke, seperti usia lanjut, tekanan darah tinggi, diabetes, kebiasaan merokok dan berat badan.
Meski demikian, tim peneliti Nazarian menggabungkan 21 hasil temuan tersebut dan menyimpulkan migren berhubungan dengan risiko stroke menjadi dua kali lipat.
Penyebab persis dari migren belum diketahui sepenuhnya, tetapi penyakit tersebut yang melibatkan penyempitan pembuluh darah, kemudian pembengkakan pembuluh nadi di otak.
Satu teori menyebutkan orang dengan migren bisa terkena disfungsi pada pembuluh nadi di sekujur tubuh, yang menjelaskan kenapa risiko stroke meningkat, dan seperti pada temuan dalam penelitian sebelumnya, juga serangan jantung.
Belum diketahui apakah dapat mengobati dan mencegah serangan migren akan berpengaruh pada risiko masalah kardiovaskuler.
Pada satu sisi, peneliti telah mencatat, obat-obatan untuk mencegah serangan migren secara teori merendahkan risiko masalah kardiovaskuler.
Di sisi lain, pengobatan tertentu bisa memberi pengaruh yang buruk, beberapa obat analgesik anti-inflamasi telah dihubungkan dengan risiko kardiovaskuler, sementara obat migren dikenal sebagai "ergots" cenderung menyempitkan pembuluh nadi di sekujur tubuh.
http://id.news.yahoo.com/antr/20100603/tls-penderita-migren-berisiko-terkena-st-e850fa7.html
0 komentar:
Posting Komentar