Sabtu, 19 Februari 2011
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Metode dalam menalar
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Bagian ini membutuhkan pengembangan.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
•Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
•Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&ved=0CCEQFjAC&url=http%3A%2F%2Felearning.gunadarma.ac.id%2Fdocmodul%2Ffilsafat_ilmu%2Fbab6-penalaran.pdf&rct=j&q=contoh%20penalaran%20induktif&ei=INxfTY7HMoWrcfaWiI0K&usg=AFQjCNEkdhCvCjQmiAkENA52BN_Oz46kgg&cad=rja
Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh penalaran hubungan sebab akibat:
Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.
2. Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh penalaran hubungan akibat sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh masyarakat, dan pengaruh televisi dan film yang cukup besar.
3. Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang lebaran arus mudik sangat ramai. Seminggu sebelum lebaran jalanan sudah dipenuhi kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menghambat perjalanan.
http://kelasmayaku.wordpress.com/2010/09/22/penalaran-induksi/
Jenis-jenis Penalaran Induksi
Ada tiga jenis penalaran induksi :
A. GENERALISASI
Generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untukl diambil kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:
Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
B. ANALOGI
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang/hal lainnya.
Contoh:
Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
Penalaran secara analogi memiliki peluang untuk salah apabila kita beranggapan bahwa persamaan satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang lain.
C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Referensi :
http://kelasmayaku.wordpress.com/2010/09/22/penalaran-induksi/
Sabtu, 12 Februari 2011
Pemanasan Global
Pengertian Pemanasan Global
Menurut sumber Wikipedia Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
GEJALA PEMANASAN GLOBAL
Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.
Ketinggian gunung berkurang
Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.
Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua mahluk hidup termasuk manusia.
Pelelehan Besar-besaran
Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gununges, tapi juga semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan batuan.
Peningkatan Kasus Alergi
Sering mengalami serangan bersin-bersin dan gatal di matasaat musim semi, maka salahkanlah pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidupdan polusi dianggap pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari.
Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan Kutub Utara memicu problem pada tanaman danhewan di dataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saatmatahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.
SOLUSI PEMANASAN GLOBAL
Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya. Jika ditinjau dari pemansan global, sistem dibumi dapat dikelompokkan menjadi 2 daerah,yaitu daerah produksi panas dan daerah penetral panas. Daerah utama pemroduksi panas adalah negara-negara besar dan matang, jadi cukup sulit untuk mendesak mereka menghentikan aktifitas, terutama industri, yang menjadi penghasil panas bumi berlabih.
Secara logika kesuluruhan tubuh akan rusak jika paru-parunya juga rusak. Begitu juga kasus Indonesia sebagai paru-paru dunia, kondisinya yang memprihatinkan membuat fungsinya sebagai paru-paru dunia tidak bekerja optimal. Daerah yang diharapkan bisa menjadi paru-paru dunia justru menjadi penyumbang emisi global sebanyak 25%. Persentasi sebanyak ini adalah emisi global yang dihasilkan dari pembakaran hutan yang marak terjadi di daerah-daerah yang memiliki hutan hujan tropis. Sedangkan 75% emisi global yang lain berasal dari emisi yang ditimbulkan industri, pertambangan dan energi, serta limbah rumah tangga.
Tanam Pohon
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya.1 Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2.7 United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca.3 Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 akre pohon per tahunnya.5
Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas.3 Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.3
Beli Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh pertanian.6
Jemur Pakaian Anda di bawah Sinar Matahari
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi udara.1
Daur Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah ini!1
Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru :9 kg CO2 per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2.1
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
http://infopemanasanglobal.wordpress.com/2009/03/24/solusi-pemanasan-global/
http://www.pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm
http://kontektekim.blogspot.com/2007/09/solusi-untuk-mengurangi-pemanasan.html
http://netsains.com/2008/03/10-gejala-pemanasan-global/
http://www.andaka.com/pengaruh-pemanasan-global-terhadap-kesehatan.php
Saatnya Mengatur Pola Makan
Perkembangan zaman yang menuntut serba cepat dan praktis turut memengaruhi pola makan masyarakat. Makanan instan buatan pabrik menjadi pilihan karena enak, murah, mudah didapat, serta mudah diolah. Padahal, kandungan bahan tambahan makanan dalam makanan instan itu memiliki risiko.
Konsumsi makanan instan menjadi pilihan di tengah kesibukan masyarakat modern serta ketidakmampuan dan kterbatasnya waktu untuk memasak makanan segar. Tren ini berlangsung secara global, bukan hanya di Indonesia.
Semula makanan instan disiapkan untuk para astronot yang akan melakukan perjalanan ke luar angkasa ataupun tentara yang sedang berperang. Agar makanan mudah diolah, tetapi bercita rasa enak dan tahan lama, ditambahkanlah sejumlah bahan tambahan makanan.
Dalam perkembangannya, industry pun memanfaatkan berbagai bahan tambahan makanan ini, baik pengawet, perisa, penguat rasa, pewarna, maupun berbagai jenis lainnya. Bahan tersebut membuat produksi makanan menjadi lebih murah, bias dimanfaatkan dalam waktu lama, serta sebarannya pun menjadi lebih luas.
Meski penggunaannya dalam jumlah tertentu dijamin keamanannya leh pemerintah dan kesepakatan internasional, konsumsi makanan instan yang mengandung bahan tambahan makanan tetap perlu diatur. Konsumsi makanan dengan gizi berimbang dan bervariasi dapat meminimalkan risiko penggunaan bahan tambahan makanan.
“Semestinya makanan instan jangan dijadikan menu harian. Sesekali mengonsumsi tentu diperbolehkan. Prinsipnya, kebutuhan nutrisi makro dan mikro harus terpenuhi, “ungkap Ahli Analisis dan Keamanan Pangan dari Sekolah Farmasi, ITB.
Mi instan
Salah satu makanan instan favorit masyarakat Indonesia adalah mi instan. Tak hanya dijadikan sebagai makanan pengganjal lapar sebelum menunggu waktu makan, mi juga banyak digunakan sebagai lauk-pauk. Bahkan, beberapa orang menjadikannya sebagai cemilan dengan cara mencampur bumbu dan mi tanpa dimasak.
Dokter spesialis penyakit dalam serta konsultan lambung dan pencernaan di Fakultas Kedokteran UI dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan konsumsi makanan instan sebenarnya tak masalah jika dilakukan secara benar.
Bagi yang memiliki penyakit maag atau tekanan darah tinggi, mi instan tentu tidak dianjurkan karena kandungan ragi dalam mi atau unsure garam dalam bumbu penyedapnya. Bagi yang tak memiliki gangguan pencernaan pencernaan, konsumsi mi instan boleh dengan tetap memperhatikan keseimbangan pangan yang dikonsumsinya.
Mi instan adalah pangan alternative yang dapat digunakan sebagai pengganti nasi, bukan makanan utama. Pola konsumsi mi instan yang menjadikannya sebagai makanan selingan atau lauk akan membuat terjadinya penumpukan kalori dalam tubuh.
Ditambah factor stress yang mendorong makanan berlebih dan kurang gerak, konsumsi mi instan yang salah itu bias memicu kegemukan. Kegemukan inilah yang menjadi salah satu factor peningkatan risiko berbagai jenis penyakit kanker, bukan karena mi instannya.
Konsumsi mi instan juga tak menyebabkan usus buntu. Usus buntu disebabkan infeksi pada apendiks, bukan karena mi, biji cabai, atau biji jambu batu.
“Terlalu sederhana mengatakan mengonsumsi mi instan bias menyebabkan penyakit kanker dan usus buntu”
Bahan tambahan makanan
Penggunaan berbagai jenis bahan tambahan makanan pada berbagai jenis makanan instan oleh industry diakini Ahli Kimia Pangan dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, tidak akan melebihi batasan yang ditentukan pemerintah.
Selain dmei keamanan pangan, sudah memenuhi factor keamanan, pengguanaan bahan tambahan makanan secara berlebih justru akan merusak tampilan, cita rasa, dan tekstur dari makanan itu sendiri.
“Bahan tambahan makanan itu mahal. Penggunaan berlebih justru merugikan industry”
Dalam mi instan, jenis bahan tambahan makanan yang ada, antara lain, pemantap nabati, pengatur keasaman, pewarna, dan antioksidan. Sedangkan yang ada dalam bumbu umumnya berupa penguat rasa, perisa, dan berbagai jenis vitamin. Dalam kecap dan saus cabai umumnya terdapat pengawet dan pengental.
Bahan tambahan tersebut ada yang bersifat sintetik ataupun alami. Dalam batas normal, pengguanaan bahan makanan tidak akan memengaruhi kesehatan. Studi yang dilakukan tentang efek dari satu jenis zat tambahan makanan umumnya dilakukan dalam kadar jauh di atas normal.
Diakui Nuri, sejumlah bahan tambahan makanan memiliki risiko bagi mereka yang memiliki gangguan kesehatan dan hipersensitif. Batasan ini tidak berlaku untuk orang yang sehat. Khusus bagi penderita autis, disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pabrikan sama sekali.
Meski konsumsi makanan instan diperbolehkan, konsumsi makanan segar yang diolah sendiri tetap perlu diutamakan. Walau agak repot, cara ini lebih sehat karena memungkinkan pengaturan keseimbangan kandungan gizi makanan yang diperlukan tubuh.
resensi : Kompas
Si Lezat Cokelat
Mengaku penggemar berat cokelat ? hmm, teteapi tahukah kamu bagaimana cokelat dibuat hingga menjadi cemilan lezat? Benarkah cokelat baik untukmu ?
Si Pahit menjadi manis
Cokelat terbuat dari biji kakao yang berasal dari pohon kakao. Pohon kakao tidak bias tumbuh di sembarang tempat. Ia hanya tumbuh di sekitar garis khatulistiwa, kira-kira 20 derajat kea rah utara dah selatan, termasuk Indonesia.
Membuat cokelat tidak mudah, karena prosesnya cukup rumit. Pertama, buah kakao harus dikupas dan dikeluarkan biji-bijinya. Satu buah kakao bias terdiri atas 25-50 biji kakao.
Biji-biji kakao kemudian difermentasi, dengan cara di tutup dengan daun pisang. Biji ini kemudian dikeringkan selama beberapa hari dibawah sinar matahari. Biji-biji kakao yang kering itulah yang kemudian dijual para petani cokelat.
Rasa kakao akan muncul setelah biji dipanggang. Kulit biji kakao yang gosong dipisahkan, sementara daging biji digiling hingga kandungan mentega kakao alami di dalamnya mencair dan mengental.
Cairan kental yang disebut cokelat liquor ini kemudian dicetak hinga menjadi padat.
Meski sudah berbentuk cokelat padat, cokelat liquor belum bias dimakan karena rasanya pahit. Agar bias dimakan , cokelat liquor harus diproses. Cara pemrosesannya sangat mempengaruhi rasa cokelat nantinya.
Jika ingin membuat cokelat bubuk, kandungan mentega kakao pada cokelat dipisahkan. Sementara untuk membuat cokelat yang bias kamu makan justru mentega kakao harus dicampur bersama bubuk kakao, gula, dan penambah cita rasa lain, seperti susu dan vanili.
Campuran ini kemudian diproses hingga menjadi pasta halus. Proses selanjutnya adalah tempering yaitu dipanaskan, didinginkan, dan dipanaskan lagi. Sesudah itu, baru cokelat dicetak sesuai keinginan dan didinginkan. Cokelat lezat yang manis pun siap kamu makan.
Cokelat asli dan palsu
Itu tadi proses untuk membuat cokelat asli. Sayangnya, kebanyakan cokelat yang kita temui bukan cokelat asli. Kebanyakan cokelat itu hanya rasa cokelat atau cokelat palsu, atau cokelat compound.
Coba ingat-ingat waktu kamu makan cokelat. Apakah cokelat yang kamu makan itu menempel di gigi atau langit-langit mulu? Atau, waktu kamu mematahkan cokelat, apakah patahannya tidak rapid an mengeluarkan serbuk?
Jika ya, seperti yang diungkapkan oleh ahli cokelat dari L’atelier du Chocolat, Francis Mestre, cokelat yang kamu makan itu adalah cokelat palsu.
Sebaliknya, menurut Francis, cokelat asli tidak akan menempel, tetapi langsung lumer ketika masuk ke dalam mulut.
Begitu juga ketika dipatahkan, akan terbentuk patahan yang rapi, tanpa serbuk. Warnanya juga akan terlihat mengkilap, tidak seperti cokelat compound yang cenderung kusam.
Lalu, apakah sebenarnya cokelat compound? Untuk membuat cokelat yang bias dimakan, mentega kakao dicampur bubuk cokelat. Mentega kakao inilah yang membuat cokelat yang kita makan menjadi enak dan lembut.
“Mentega kakao harganya sangat mahal, “ kata Francis. Karena itu, banyak produsen cokelat yang mengganti mentega kakao dengan lemak nabati (misalnya minyak kelapa) agar harga cokelat bias lebih murah.
Selain itu, tambah pria berkebangsaan Perancis yang kini tinggal di Indonesia itu, cokelat asli yang mengandung mentega kakao biasanya tidak awet. Cokelat compound justru sebaliknya, bias bertahan lama di rak-rak pajang karena , menurut Francis, menggunakan pengawet.
Baik untuk kesehatan
Banyak pendapat bahwa cokelat itu baik bagi kesehatan kita. Menurut berbagai penelitian, cokelat memang baik untuk kesehatan jantung dan bias membantu kita merasa lebih rileks, nyaman, dan gembira.
Bahkan, jika batuk, kita bias makan cokelat karena kandungan bahan alami di dalamnya bias meredakan batuk.
Namun, menurut Francis, tidak semua cokelat member dampak positif. “Hanya cokelat asli yang baik untuk kesehatan,” katanya.
Karena kandungan lemak nabati serta pengawet di dalamnya, cokelat palsu sama sekali tidak baik untuk tuuh.
Sekarang kita jadi tahu mengapa kadang tenggorokan gatal dan batuk ketika makan cokelat. Cokelat bias mengurangi batuk bila kita makan itu cokelat asli.
Resensi : Kompas.