Minggu, 31 Oktober 2010

Perubahan Kata Baku


Bahasa sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita, fakta, pendapat, dan lain sebagainya. Maka dari itu pentingnya bahasa dalam masyarakat dapat dibuktikan dalam komunikasi sehari-hari manusia yang selalu menggunakan bahasa untuk menyampaikan gagasan atau pikirannya kepada manusia lain. Bahasa sangat penting untuk komunikasi kita dalam sehari-hari. Tetapi dalam era globalisasi sekarang ini banyak pencampuran bahasa dalam berkomunikasi yang dilakukan atau perubahan bahasa yang sudah tidak baku lagi. Di dalam penggunaan bahasa masih banyak kesalahan-kesalahan yang dipakai dalam berkomunikasi..

Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.

Istilah bahasa baku itu sendiri telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda,1997 : 30).

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang cara pengucapan atau pun penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa :
a.Pedoman ejaan (EYD),
b.tata bahasa baku, dan
c.kamus umum.

Bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut.

Fungsi Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu sebagai pemersatu, penanda kepribadian, wibawa, dan kerangka acuan.

Penggunaan Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus.

Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca.
Misalnya:
Baku : bersama-sama ; Tidak baku : bersama2
Baku : sistem ; Tidak baku : sistim

Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah.
Misalnya:
Baku : atap ; Tidak baku : atep
Baku : pendidikan ; Tidak baku : pendidi’an
Baku : habis ; Tidak baku : abis

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
a.Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Baku : saya ; Tidak Baku : sayah
Baku : ibu ; Tidak Baku : nyokap

b.Tidak dipengaruhi bahasa asing
Baku : itu benar ; Tidak Baku : itu adalah benar
Baku : kantor tempat ; Tidak Baku : kantor di mana

c.Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
Baku : dengan ; Tidak Baku : sama
Baku : member ; Tidak Baku : kasih

d.Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Baku : ia bekerja keras ; Tidak Baku : ia kerja keras

e.Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Baku : suka akan ; Tidak Baku : suka dengan

f.Tidak terkontaminasi, tidak rancu
Baku : mengesampingkan ; Tidak Baku : mengenyampingkan

g.Tidak mengandung arti pleonasme
Baku : pada zaman dahulu ; Tidak Baku : pada zaman dahulu kala

h.Tidak mengandung hiperkorek
Baku : insaf ; Tidak Baku : insyaf

Perubahan bahasa dapat meliputi semua aspek kebahasaan, baik fonologi (bunyi), morfologi (bentuk), sintaksis (kalimat) dan semantik (makna). Karena perubahan sintaksis dalam bahasa Indonesia tidak banyak penulis temukan , maka pada pembahasan tulisan ini pun dibatasi pada pembicaraan tentang perubahan bunyi (ejaan), bentuk dan makna.






Referensi :
http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=445&q=perubahan+bahasa+baku+indonesia&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=8533cda2c2f06c54
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CCoQFjAG&url=http%3A%2F%2Fetd.eprints.ums.ac.id%2F8503%2F1%2FA310060274.pdf&rct=j&q=perubahan%20bahasa%20baku%20indonesia&ei=IzTMTJfBLY-OvQO0-u0I&usg=AFQjCNEf_DzhOU944zHTsD_kImTxt5-POw&cad=rja
http://blog.sunan-ampel.ac.id/warsiman/2010/05/18/perubahan-bunyi-bentuk-dan-makna-dalam-bahasa-indonesia-2/




Sabtu, 23 Oktober 2010

Pembakuan Bahasa


Pembakuan bahasa adalah proses pemilihan satu ragam bahasa untuk dijadikan bahasa baku (resmi) kenegaraan, serta usaha pembinaan dan pengembangannya, yang bisa dilakukan terus-menerus. Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dijadikan acuan norma bahasa dan penggunaannya, baik secara lisan maupun tulisan.

Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis. Wujudnya berupa kaidah dan aturan yang tetap. Namun demikian, kemantapan kaidah itu cukup luwes sehingga masih dapat menerima kemungkinan perubahan dan perkembangan. Cirri kedua yang menandai ragam bahasa baku , adalah kecedikiannya. Peruwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan-satuan bahasa lain yang lebih besar, mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendikian bahasa itu amat penting agar bahasa itu dapat digunakan untuk membicarakan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat dipergunakan dalam kehidupan modern. Kecendikiaan ini dapat dilakukan dengan memperkaya kosakata dalam segala bidang kegiatan dan keilmuan.

Ragam bahasa harus pula mengandung kerasionalan. Struktur kalimat, seperti Parkir di halaman toko swalayan yang ramai itu bebas parkir atau Seorang siswa seumpama pendaki gunung, sedang mendaki gunung cita-cita tidak mencerminkan kerasionalan bahasa. Jadi, secara logis dan dengan mudah diterima maksudnya.

Bahsasa baku berfungsi sebagai berikut :

1.Fungsi pemersatu, bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu.

2.Fungsi pemberi kekhasan, bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.

3.Fungsi pembawa kewibawaan, pemakai ragam bahasa baku akan memiliki perasaan harga yang lebih daripada yang tidak dapat menggukannya. Ragam bahasa baku tidak dapat dipelajari secara alamiah dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari. Ragam bahasa baku diperoleh melalui pendidikan formal. Seseorang yang bisa berbahasa baku dapat masuk dan turut serta dalam forum-forum resmi, yang hal itu tidak dapat dilakukan oleh mereka yang tidak menguasainya

4.Fungsi sebagai kerangka acuan, bahasa baku dijadikan norma atau kaidah betul-tidaknya pemakaian bahasa orang seorang atau golongan.

Referensi : Buku Ketatabahasaan dan Kesusastraan untuk SMA



Kata Majemuk


KATA MAJEMUK

Pengertian

Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Kata majemuk berbeda dengan gabungan-gabungan kata lainnya, misalnya frase atau kalimat, yang masih menunjukkan makna dari setiap unsurnya. Dalam kata majemuk, makna dari unsur-unsurnya itu melebur ke dalam satu makna yang baru.

Kesatuan makna yang terdapat dalam kata majemuk itu terjadi karena keeratan hubungan dari setiap unsurnya. Susunan kata majemuk tidak bisa diubah ataupun ditambah-tambah. Kalaupun terjadi perubahan ataupun penambahan padanya dapat menyebabkan berubahnya keseluruhan makna kata majemuk itu.

4. Ciri-ciri Kata Majemuk

Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:

a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).


referensi :
Buku Ketatabahasaan dan Kesusastraan
http://tata-bahasa.110mb.com/Kata%20Majemuk-2.htm




Kalimat Efektif


Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1.Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.Memiliki kesatuan gagasan
b.Memiliki kepaduan yang baik dan kompak
c.Mengungkapkan gagasan yang logis atau masuk akal
d.Menggunakan kata-kata secara hemat
e.Menggunakan penekanan secara tepat dan variatif

Kalimat efektif harus memperlihatkan kesatuan gagasan. Unsur-unsur dalam kalimat itu saling mendukung sehingga membentuk kesatuan ide yang padu. Kesatuan gagasan tidak berarti bahwa dalam kalimat itu hanya ada satu gagasan tunggal. Bisa saja dalam kalimat itu terdapat dua atau lebih gagasan , seperti yang terdapat dalam kalimat majemuk. Berapapun gagasan itu, tidak menjadi soal. Yang penting gagasan itu mempunyai hubungan satu sama lain.

reference : Ketatabahasaan dan Kesusastraan untuk SMA


Sabtu, 16 Oktober 2010

Jenis-jenis Karangan


Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

Berdasarkan Bentuknya

a. Prosa adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci terbagi dalam dua macam.
1.Fiksi adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika perncetitaan. Contohnya : novel dan cerpen.
2.Nonfiksi adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah dan aturan-aturan kelogisan. Contohnya : esey, laporan penelitian dan biografi.

b.Puisi adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.

c.Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.

Berdasarkan Cara Penyajiannya:

Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
•Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
•Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
•Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.[rujukan?]
1.(What) Apa yang akan diceritakan,
2.(Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3.(When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4.(Who) Siapa pelaku ceritanya,
5.(Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6.(How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.

Contoh narasi berisi fakta:

Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.

Contoh narasi fiksi:

Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
•Menggambarkan atau melukiskan sesuatu,
•Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
•Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Pola pengembangan paragraf deskripsi:
•Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
•Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
•Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

Langkah menyusun deskripsi:
1.Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2.Tentukan tujuan
3.Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4.Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)
5.Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan

Eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
•Menentukan topik/tema
•Menetapkan tujuan
•Mengumpulkan data dari berbagai sumber
•Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
•Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

Contoh topik yang tepat untuk eksposisi:
•Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
•Peranan majalah dinding di sekolah
•Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Contoh karangan eksposisi pada umumnya:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Langkah menyusun argumentasi:
1.Menentukan topik/tema
2.Menetapkan tujuan
3.Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5.Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

Contoh tema/topik yang tepat untuk argumentasi:
•Disiplin kunci sukses berwirausaha,
•Teknologi komunikasi harus segera dikuasai,
•Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.

Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Persuasi

Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Langkah menyusun persuasi:
1.Menentukan topik/tema
2.Merumuskan tujuan
3.Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.Menyusun kerangka karangan
5.Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

Contoh tema/topik yang tepat untuk persuasi:
•Katakan tidak pada NARKOBA,
•Hemat energi demi generasi mendatang,
•Hutan sahabat kita,
•Hidup sehat tanpa rokok,
•Membaca memperluas cakrawala.

Contoh karangan persuasi pada umumnya:

Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.


http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan








Fungsi dan Keanekaragaman Bahasa


Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya


Keragaman Bahasa Indonesia

Penting atau tidaknya bahasa Indonesia.

Sebuah bahasa penting atau tidak dapat dilihat dari tiga kriteria, yaitu:
1. Jumah penutur
2. Luas daerah penyebarannya
3. Terpakainya bahasa itu dalam sarana ilmu, susastra dan budaya

Berikut penjelasannya:
a. Dipandang dari jumlah penutur ada dua bahasa di Indonesia , yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Bahasa Indonesia lahir sebagai bahasa kedua bagi sebagian besar warga bangsa Indonesia. Yang pertama kali muncul atas diri seseorang adalah bahasa daerah.
b. Dipandang dari luas penyebarannya pada saat ini penyebaran bahasa Indonesia dapat dilihat pula dari beberapa universitas di luar negeri yang membuka jurusan bahasa Indonesia sebagai salah satu jurusan.
c. Dipandang dari dipakainya bahasa sebagai sarana ilmu, budaya dan sastra. Pemakaian suatu bahasa sebagai sarana ilmu budaya dan susastra dapat dijadikan pula ukuran penting atau tidaknya bahasa itu.

Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Ada pendapat yang mengatakan bahawa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis.
Ragam bahasa menurut hubungan antar pembicara yaitu ragam lisan dan ragam tulis dibagi atas:

I. ragam lisan, terdiri dari:
1. ragam percakapan
2. ragam pidato
3. ragam kuliah
4. ragam panggung

II. ragam tulis, terdiri dari:
1. ragam teknis
2. ragam undang-undang
3. ragam catatan
4. ragam surat-menyurat

Ragam Baku dan Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat sebagai bahasa resmi. Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal. Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah, skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Semula, saya berpikir bahwa ragam bahasa baku itu hanya ada satu. Namun, berdasarkan pengamatan (harus saya akui, ini masih berupa sekilas, belum mendalam) sejauh ini, ragam bahasa baku itu tidak melulu dikaitkan dengan kebakuan kosakata, sebagaimana bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan yang ditetapkan dalam Ejaan yang Disempurnakan.
Kalau kita berpegangan pada KBBI dan pedoman EYD, kita tidak akan memandang judul-judul berita pada surat kabar sebagai judul yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Atau ketika kita melihat bahasa pada dunia periklanan. Dijamin kita akan langsung mengecap bahasa yang digunakan tidak baku. Tapi itu kalau kita memakai sudut pandang preskriptif.
Sebaliknya, ketika kita melihat secara deskriptif, kita akan menyadari bahwa sejumlah ragam bahasa yang kita lihat berbeda dari apa yang standar, sebenarnya tidak melulu menjadi ragam bahasa tak resmi.(Sutan Takdir Alisjahbana).
Kamus Linguistik (2001: 184) mendefinisikan ragam resmi (baku) itu sebagai ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau bila pembicaraan dilakukan di depan umum.
Sedangkan ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan tidak diakui oleh sebagian masyarakat dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang.

Ragam baki mempunyai sifat berikut:
1. Mantap
2. Dinamis dan
3. Cendikia

http://yoir.wordpress.com/keragaman-bahasa-indonesia/











Senin, 11 Oktober 2010

Makna Denotatif dan Konotatif


1. MAKNA DENOTATIF

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut maka konseptual, makna denotasional atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain. Pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotasi ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.

Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran (Lyons, I, 1977:208). Dalam beberapa buku pelajaran, makna denotasi sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna denotasi adalah makna sebenarnya yang apa adanya sesuai dengan indera manusia. Kata yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat umum. Makna yang bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara jelas oleh semua orang. Berikut ini beberapa contoh kata yang mengandung makna denotatif:

1. Dia adalah wanita cantik

Kata cantik ini diucapkan oleh seorang pria terhadap wanita yang berkulit putih, berhidung mancung, mempunyai mata yang indah dan berambut hitam legam.

2. Tami sedang tidur di dalam kamarnya.

Kata tidur ini mengandung makna denotatif bahwa Tami sedang beristirahat dengan memejamkan matanya (tidur).


Masih banyak contoh kata-kata lain yang mengandung makna denotatif selama kata itu tidak disertai dengan kata lain yang dapat membentuk makna yang berbeda seperti contoh kata wanita yang makna denotasinya adalah seorang perempuan dan bukan laki-laki. Namun bila kata wanita disertai dengan kata malam (wanita malam) maka akan menghasilkan makna lain yaitu wanita yang dikonotasikan sebagai wanita nakal.

2. MAKNA KONOTATIF

Zgusta (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Menurut Harimurti (1982:91) “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasrkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”.

Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai rasa negatif. Misalnya, burung garuda karena dijadikan lambang negara republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang bernilai rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka lambang yang tidak baik.

Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata babi, di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas beragama islam, memiliki konotasi negatif karena binatang tersebut menurut hukum islam adalah haram dan najis. Sedangkan di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas bukan islam seperti di pulau Bali atau pedalama Irian Jaya, kata babi tidak berkonotasi negatif.

Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti “cerewet” tetapi sekarang konotasinya positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif.



http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/06/makna-denotatif-makna-konotatif-dan.html


Sabtu, 09 Oktober 2010

Unsur Instrinsik


Unsur Intrinstik Novel

Unsur intrinsik novel sama dengan unsure intrinsic cerpen.
a. Tema
Nurgiyantoro (2002: 70) menyebutkan bahwa tema dapat dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah karya nobel. Gagasan dasar tersebut dipergunakan oleh pengarang untuk mengembangkan cerita. Jadi, tema merupakan inti atau pokok yang mendasari cerita.

b. Plot (Alur)
Sebuah cerita tentunya terdiri atas rangkaian peristiwa yang sambung-menyambung berdasarkan logika sebab akibat. Rangkaian peristiwa tersebut membentuk plot atau alur cerita.

c. Setting (Latar)
Unsur setting atau latar merupakan tempat, waktu , atau suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Wiyanto (2005: 82) membedakan setting menjadi tiga , yaitu: setting tempat, setting waktu , dan setting suasana.

d. Tokoh dan Penokohan
Dalam sebuah cerita, rangkaian peristiwa-peristiwanya dialami oleh pelaku atau tokoh cerita. Tokoh cerita satu dengan lainnya dibedakan dengan karakter atau watak. Pemberian watak dinamakan perwatakan atau penokohan. Tokoh dan penokohan merupakan dua unsure yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang terhadap kisah yang diceritakan. Wiyanto (2005: 83) membedakan sudut pandang menjadi tiga, yaitu : pengarang sebagai pelaku, pengarang sebagai penonton, dan setting suasana.

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa diartikan sebagai cara pengarang menggunakan bahasa untuk menghasilkan karya sastra. Setiap pengarang memiliki kekhasan sendiri dalam menggunakan gaya bahasa.

g. Amanat
Amanat merupakan ajaran yang ingin disampaikan pengarang. Unsur ini dapat dikatakan sebagai unsur pendidikan moral. Penyampaian amanat tentunya tidak secara langsung sehingga baru dapat ditangkap pembaca setelah membaca seluruh cerita.


Referensi : Mahir Berbahasa Indonesia untuk kelas 3

Paragraf Deduktif dan Induktif


Dua pola yang sering digunakan untuk mengembangkan kalimat utama, yaitu :

1. Pola pengembangan dari umum ke khusus ( deduktif ), yaitu menempatkan gagasan yang bersifat umum ( universal ) terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh gagasan yang bersifat khusus (partikular). Atau paragraf utama di awal dan diikuti oleh kalimat penjelas.

Contoh paragraf deduktif

Perubahan iklim akibat pemanasan global merupakan masalah lingkungan yang sangat serius di planet Bumi karena dapat mengancam kelangsungan habitat, keragaman hayati, system rantai makanan, hingga kelangsungan hidup manusia (umum). Dampak nyata dari perubahan iklim sudah akrab dengan penghuni Bumi, meski sering kali hanya dipandang sebagai peristiwa alam yang wajar, yaitu kekeringan dan banjir, serta naiknya permukaan air laut (khusus). Penelitian World Wild Fund for Nature (WWF) menunjukkan bahwa 33 persen habitat di hamparan muka Bumi memiliki risiko yang tinggi menghadapi perubahan iklim itu, bahkan beberapa tanaman dan spesies hewan tidak kuasa bertahan dan punah (khusus). Beruang kutub adalah satu spesies yang berada paling depan di garis kematian jika permukaan es Samudra Artic terus meleleh (khusus). Sementara di sisi Bumi lainnya, bencana alam seperti : banjir, badai, dan kekeringan terjadi secara berantai.

2. Pola pengembangan dari khusus ke umum (induktif), yaitu menempatkan gagasan yang bersifat khusus (penjelas) terlebih dahulu, kemudian diikuti gagasan yang bersifat umum. Kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat penjelas.

Contoh paragraf induktif

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah demam berdarah adalah menguras bak mandi minimal seminggu sekali (khusus). Langkah berikutnya adalah dengan menutup tempat-tempat yang digunakan untuk menampung air (khusus). Adapun langkah ketiga adalah dengan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi penampungan air (khusus). Dengan melakukan ketiga hal tersebut secara benar, diharapkan kita mampu mencegah dan memberantas demam berdarah (umum).
Panas atau demam yang tinggi selama beberapa hari dapat dicurigai sebagai demam berdarah (khusus). Seseorang yang menderita demam berdarah juga mengalami pendarahan dari lubang hidung atau mimisan (khusus). Selain itu, muncul bintik-bintik merah pada tubuh (khusus). Semua gejala tersebut hendaknya diperhatikan sehingga jika terdapat gejala-gejala tersebut , penderita bisa segera ditolong dan ditangani dokter (umum).

Referensi

Mahir Berbahasa Indonesia SMA kelas 2

http://www.scribd.com/doc/25095005/Contoh-Paragraf-Deduktif-Induktif











Jumat, 08 Oktober 2010

Interaksi Manusia dan Komputer



Pada pertengahan tahun 80-an diperkenalkan istilah Human-Computer Interaction (HCI) atau Interaksi Manusia Komputer adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan membahas hubungan antara manusia dan komputer hubungan tirnbal balik antara manusia-komputer beserta efek-efek yang terjadi diantaranya.
Pengertian Interaksi manusia dan komputer itu sendiri merupakan serangkaian proses, dialog dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk berinteraksi dengan komputer yang keduanya saling memberikan masukan dan umpan balik melalui sebuah antarmuka untuk memperoleh hasil akhir yang diharapkan selama ia bekerja pada sebuah sistem komputer.

Pada HCI ini cakupan atau fokus perhatiannya lebih luas, tidak hanya berfokus pada rancangan antarmuka saja, tetapi juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dan komputer. HCI ini kemudian berkembang sebagai disiplin ilmu tersendiri (yang merupakan bidang ilmu interdisipliner) yang membahas hubungan tirnbal balik antara manusia-komputer beserta efek-efek yang terjadi diantaranya.


Tujuan Interaksi Manusia dan Komputer

Tujuan dari HCI itu sendiri adalah untuk menghasilkan sistem yang bermanfaat (usable) dan aman (safe), yang artinya sistem tersebut dapat berfungsi dengan baik , dan aman untuk digunakan. Sistem tersebut bisa untuk mengembangkan dan meningkatkan keamanan (safety), utilitas (utility), ketergunaan (usability), efektifitas (efectiveness) dan efisiensinya (eficiency). Sistem yang dimaksud konteksnya tidak hanya pada perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga mencakup lingkungan secara keseluruhan, baik itu lingkungan organisasi masyarakat kerja atau lingkungan keluarga. Sedangkan utilitas mengacu kepada fungsionalitas sistem atau sistem tersebut dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerjanya. Ketergunaan (usability) disini dimaksudkan bahwa sstem yang dibuat tersebut mudah digunakan dan mudah dipelajari baik secara individu ataupun kelompok.

Didalam sebuah program aplikasi terbagi menjadi 2 bagian:
1. Bagian Antarmuka –> Berupa tampilan untuk pemasukan data (input) dan untuk keluaran data (Output)
2. Bagian Aplikasi –> bagian yang berfungsi untuk menghasilkan informasi berdasar olahan data yang sudah dimasukkan oleh pengguna lewat algoritma yang diisyaratkan oleh aplikasi tersebut.

Sebenarnya tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita sudah berinteraksi dengan komputer, misalnya , dengan menyalakan komputer tersebut kita harus menekan tombol pada cpu, kemudian untuk menghasilkan tulisan-tulisan kita harus mengetik huruf atau angka atau menginput data dengan menekan tombol pada keyboard dan menggerakkan mouse. Dan hasilnya akan terlihat dilayar monitor atau dicetak menggunakan mesin printer.

Dengan demikian terlihat jelas bahwa fokus perhatian HCI tidak hanya pada keindahan tampilannya saja atau hanya tertuju pada tampilan antarmukanya saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek pamakai, implementasi sistem rancangannya dan fenomena lingkungannya, dan lainnya. Misalnya, rancangan sistem itu harus memperhatikan kenyamanan pemakai, kemudahan dalam pemakaian, mudah untuk dipelajari.


Referensi :
http://jauari88.wordpress.com/2007/10/23/pengertian-interaksi-manusia-komputer/
http://blog.uin-malang.ac.id/dyan/2010/09/28/interaksi-manusia-dan-komputer/


Senin, 04 Oktober 2010

Salah Masuk


Bulan Ramadhan tahun ini aku tinggal bersama nenekku, setiap hari aku sahur bersamanya.
Suatu hari, ketika aku sedang sahur bersama nenek, seperti biasanya, nenek membuat segelas air teh manis hangat untuk diminum setelah makan sahur, dan tanpa sadar ketika aku dan nenek sedang menyantap makanan sahur, aku terkaget-kaget, aku sangat bingung kenapa gula yang di dalam teh nenek tidak larut, aku berfikir, “oh mungkin belum di aduk,” tapi warna gulanya terlalu putih terang (pekat) dan kenapa bentuk gulanya besar-besar sekali. Kemudian aku bertanya kepada nenek “ Kenapa gulanya tidak di aduk nek? “, kemudian nenek melihat kedalam gelas yang berisi air teh manis hangat tersebut, dan dia berkata “ Kenapa ada nasi di dalam segelas teh nenek ?”, aku makin bingung, aku semakin penasaran apa benar yang dikatakan nenek tadi, kalau didalam segelas tehnya itu adalah nasi , bukan gula. Aku ambil gelas nenek , aku perhatikan dengan seksama, dan ternyata yang dimasukkan nenek kedalam segelas teh itu bukanlah gula putih, melainkan nasi. Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu, aku dan nenek tertawa terbahak-bahak sambil kebingungan, aku berfikir kalau nenek salah masukkan nasi, yang seharusnya nenek menyendok nasi dan taruh ke piring, dan ternyata malah masuk kedalam gelas yang berisi air teh. Hhahhaahahaahahaa, nenekku ini ada-ada saja kelakuannya, buat aku tertawa terbahak-bahak. :)


Minggu, 03 Oktober 2010

Cerita Lucu



Cerita lucu

Ketika aku sedang berkumpul dengan bapak, ibu dan adik-adikku. Kemudian bapak bercerita kepada kami. Suatu hari ada beberapa teman kantornya sedang pergi ke suatu tempat, tempat yang sangat terpencil , banyak pepohonan, mereka pergi dengan menggunakan kendaraan pribadi. Suatu ketika seorang diantara mereka sakit, kemudian satu orang lainnya mempunyai saran agar teman yang sakit itu segera di bawa ke dokter. Seorang teman yang sedang mengemudikan kendaraan melihat plang , karena terhalang oleh pepohonan dengan daun yang begitu lebat, dia hanya melihat plang bertuliskan “Dr. He…, dia berfikir itu adalah “Dr. Herman”. Dan akhirnya mereka berinisiatif untuk menuju ke tempat tersebut, setelah sampai ditempat tujuan yaitu dokter. Akhirnya tanpa berpikir panjang salah seorang temannya berkata “ Dok, teman saya sakit, harus segera ditangani “ sambil memegangi temannya yang sakit dengan paniknya. Dokter pun bingung bukan kepalang, lalu berkata “ maaf Pak, disini dokter khusus untuk hewan”.
Semua terbahak-bahak,


Sabtu, 02 Oktober 2010

Bahasa Indonesia





BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.

Masa lalu sebagai bahasa Melayu

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.

Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel adalah pinjaman dari bahasa ini.

Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur".Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.

Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang full-fledged, sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga.

Reference
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia#Masa_lalu_sebagai_bahasa_Melayu